wibiya widget

September 29, 2009

pejuang cinta #1: long way, long story

Kami pulang menjemput restu…

Mari, kuceritakan tentang perjalanan ini…

**

Kamu akhirnya sampai kembali di rumahku- setelah satu tahun telah berlalu. Hmm, perilaku jalan pada saat lebaran. Macet dimana-mana (kecuali Jakarta kurasa). Kamu berangkat dari Matesih sekitar pukul 07.00 WIB (aku tau kamu kesiangan bangun), menuju Jogja menggunakan sepeda motor milik Mama Nurul yang selanjutnya kamu titipkan di terminal Giwangan-Jogja. Dan bertolaklah kamu kemudian menuju ke Purwokerto menggunakan bus Raharja dalam waktu kurang lebih 7 jam. Fiuuh, itu bener-bener macet total dan membuatku makin gak sabar nungguin kamu.

Aku agak khawatir ketika kamu cerita, tak ada lagi tempat duduk kecuali di samping pak supir. Hehehe, kamu bilang seperti menjadi pemandu wisata. Darling, kamu baik sekaliiiii. Hatiku seketika melonjak kegirangan waktu kamu memberi kabar telah sampai di mulut gang rumahku. Sebentar sayang, aku jemput kamu ke sana yaa…

Aku melihatmu bahagia bisa kembali melihatku. Ah sayang… aku kangen sekali…

**

Pembicaraan dimulai. Aku lega banget saat mengetahui fakta bahwa Ibuku bersedia menjumpaimu dalam kedamaian. Tidakkah terdengar sebagai kabar gembira? Aku, kamu, Bapak dan Ibu mulai terlibat dalam cerita yang meskipun didominasi oleh Bapak- telah sanggup membuatku merasa bahagia. Darling, kuharap untukmu demikian pula…

Tahukah kamu?

Aku seneng banget pas kamu memberanikan diri mengutarakan isi hati, niat tulus dan rencanamu pada keluargaku. Atas kita. Untuk kita. Meski kutundukkan pandanganku, dalam hati aku merasa sangat tersanjung…

**

Kamu diijinkan untuk membawaku menuju ke rumahmu. Tuhan, terima kasih. Meski sempat terlibat beberapa kali selisih opini, aku dan kamu melaju menuju Matesih pada hari itu juga, satu hari yang sama di saat kedatanganmu. Yuhui, cukup aku dan kamu. Hehe, kalu adikku kan masih bisa lain waktu :P

Bus Joglosemar yang belum lama ini beroperasi menjadi tujuan kami yang pertama. Ups, udah hampir jam 6! Untung aja dianter oleh Bapak. Haha, sesampainya di sana, ternyata itu bus belum nongol juga. Selain kami, ada satu gerombol calon penumpang. Tapi setelah Bapak dan Riska pulang, kami berdua berunding. Dan memutuskan untuk menelepon taksi, menuju ke terminal Purwokerto, mencari bus dengan jadwal terdekat. Kenapa? Karena si Joglosemar belum jelas akan datang jam berapa. Huhu.

**

Berhasil. Kami mendapatkan bus Raharja masih terparkir manis di tempatnya. Dan mendapati tempat duduk yang sempurna. Perjalanan segera dimulai. Kami bersiap menjemput restu…

Mulai dari tak hentinya saling mengucapkan terima kasih, beradu jempol, bermain “gunting, batu, kertas” sampai dengan bercerita dengan hati yang tenang, semua kami lakukan dengan bahagia. Inilah malam kami. Malam yang panjang bagi kami berdua, berbeda dari yang sebelumnya pernah tercipta.

**

Jogjakarta, Kamis pukul 12 malam kami sampai pada persinggahan kami yang pertama. Fiuh, lelah juga. Perut kami pun lapar. Mampir sebentar ke McD, kami lalu berkeliling mencari tempat penginapan. Sengaja, kami gak kasih kabar kepada teman-teman di Jogja. Tapi Jogja malam itu terlalu padat. Seluruh hotel dan losmen yang kami datang selalu tertempel “kamar penuh” di pintu atau kacanya. Hm… pantat kami terasa panas. Mata kamipun terasa mulai berair terlalu lama terkena angin malam.

**

Kami putuskan untuk pergi ke Solo, saat jam tanganku menunjukkan pukul 02.00 dini hari. Wow, berarti sekitar dua jam kami berputar kota Jogja hanya untuk mencari penginapan, dan gagal. Musim liburan membuat semuanya padat. Dan kami terpinggirkan oleh keadaan.

Kamu paksakan diri mengendarai motor menuju ke Solo hanya karena gak mau melihatku terlalu kecapean. Sayangku, aku sempat menitikkan air mata ketika tahu betapa aku yakin kamu mencintaiku dengan penuh… Dan jalanan gak begitu ramai. Tapi udara dingin benar-baner membekukan diriku. Sampai kaku. Sampai sempat mati rasa. Sampai kemudian gak ngerti lagi harus gimana kecuali bertahan. Rute Jogja-Solo menjadi terasa sangat panjang buatku. Jalanan seperti gak punya ujung. Tapi hebat, kamu tetap dengan tegar dan fokus dalam kendalimu…

Satu jam kemudian, udara dini hari kota Solo menyambut kami. Berputar kembali mencari penginapan, akhirnya mas-mas di hotel (ah aku lupa namanya) berbaik hati mengantarkan kami ke hotel yang masih memiliki kamar kosong malam itu. Ah baiknya…

Seperti gak pernah melihat tempat tidur selama bertahun-tahun, aku tertidur dengan pulas menemui mimpi…

**

Kamis pagi kami bertolak menuju Matesih. Solo, Karanganyar, Matesih. Alhamdulillah, meski panas dan berdebu, kami bertahan dan sampai di rumah dengan bahagia. Keluarga sudah menanti, meski dikira baru akan tiba sore harinya.

Dan aku mencintai keluarga hangatmu itu. Ibu yang selalu ingin memelukku dengan lembut. Bapak yang meski irit bicara, juga selalu melihatku dengan mata teduhnya. Aih, Nurul yang menjadikan aku sebagai tante kesayangannya. Tuhan, aku sangat bersyukur karenanya.

Sayangnya, tak ada menginap di rumahmu saat itu. Aku harus pulang. Dan kita harus kembali melanjutkan perjalanan yang panjang ini.

**

Matesih-Jogja kami lalui dengan kembali menggunakan sepeda motor. Arus lalu lintas kamis sore itu lumayan padat. Memasuki hari dimana arus balik sudah dimulai. Gunung Merapi tampak sedang menunggu kami dengan manisnya. Dan tepatlah kami di terminal Giwangan, beberapa saat sebelum bus Efisiensi jadwal terakhir akan membawa kami menuju ke Purwokerto.

Kali ini badan jauh lebih letih dibanding kemarin. Kami tertidur hampir setengah perjalanan. Macet. Kami membutuhkan waktu kurang lebih 6 jam untuk mencapai Purwokerto. Namun perjalanan kami pun tetap terisi oleh senyum, bahagia meski sesekali terselipi oleh harapan-harapan. Dan rasa perih?

Bapakku masih menunggu pada saat kami tiba di rumahku. Dan kuberikan kamar tidurku untukmu malam itu, seperti biasanya. Selamat tidur, Sayang…

**

Keesokan paginya, aku antarkan kamu ke terminal. Bapakku pergi ke proyek pagi-pagi dan Ibuku pun telah berlalu ke kantornya. Maaf ya sayang, untuk ketidaklengkapan pagi itu. Aku ajak kamu untuk beli oleh-oleh buat Ibu dan orang rumahmu. Tempe mendoan, telur asin dan mino (mini nopia). Maaf lagi ya sayang, aku nganterin kamu pake angkot… soalnya masih gak bisa naik motor apalagi nyetir mobil.

And I really hate to say good bye… huks. Saatnya untuk kembali berada pada orbit masing-masing.

**

Lebih dari semua itu, aku berterima kasih sekali padamu. Badanku aja pegel gak karuan- apalagi milikmu? Hatiku aja campur-campur macam es campur- apalagi punyamu? Maka yang akan kulakukan adalah melanjutkan ini semua. Setelah ini. Seterusnya. Bersamamu.

Satu langkah sudah bisa kita lakukan, maka akan kita tapakkan yang berikutnya!

Kamu adalah pejuang cinta #1.

Macam yang Keenan (Perahu Kertas by Dee) bilang, inilah: “Bulan, Perjalanan, Kita”

Jangan kapok ya sayang…

I love you tidak terkira…

[sebagai bekal cerita untuk anak dan cucu, catatan singkat perjalanan Matesih, Solo, Jogja, Purwokerto, Jogja, Solo, Matesih pada 1430 H]

 
http://www.emocutez.com
http://www.emocutez.com
http://www.emocutez.com